Bab 2
Motivasi Membaca
Dalam bab ini
pembaca diajak untuk:
- Memotivasi diri agar senang membaca bacaan yang berguna bagi kehidupan.
- Mampu membangkitkan kembali minat membaca ketika semangat membaca telah pudar.
- Memahami pentingnya peranan motivasi membaca.
- Mengapa saya harus membaca ?
Banyak hal yang membuat orang terdorong untuk membaca. Sumber motivasi bisa
berasal dari dalam diri atau dari luar diri. Kebutuhan, keinginan, rasa takut
dan rasa harap dapat mendorong kita untuk membaca. Misalnya, karena takut mendapat nilai jelek, seorang sisiwa terdorong
untuk rajin membaca pelajaran di sekolahnya. Contoh lainnya misalnya seorang
siswa berharap menempati ranking ke-1 di kelasnya, maka iapun terdorong untuk
rajin membaca. Di dunia perusahaan misalnya, seorang manajer pemasaran berharap
dapat mengungguli pesaing-pesaing dari perusahaan lainya, maka ─ selain
bertanya kepada para ahli pemasaran ─ iapun terdorong untuk membaca
sumber-sumber yang tepat.
Apa yang kita baca juga bisa memberikan motivasi untuk membaca. Saya pernah
membaca sebuah buku yang berjudul chicken soup for the soul. Buku itu di
dalamnya menceritakan berbagai kisah menarik yang bisa diambil sebagai
pelajaran berharga. Setelah membacanya saya merasa termotivasi untuk hidup
lebih semangat lagi. Saya juga pernah membaca buku tentang kehidupan para
sahabat Nabi Muhammad SAW, isinya menceritakan tentang sikap luar biasa dari
para sahabat tersebut. Secara psikologis buku itu memang bisa memberikan
pengaruh baik ataupun buruk─ tergantung isi bukunya.
Di bawah ini ada beberapa fakta yang mungkin
bisa memotivasi kita untuk membaca. Silahkan baca dengan penuh penghayatan.
Selamat membaca.
1.
Kemajuan Jepang dan Budaya Membaca
Karena budaya membaca, Jepang bisa menjadi maju. Bagaimana dengan kita?
|
Kaizen adalah suatu metode yang sangat
dipegang teguh di Jepang. Kaizen artinya adalah proses penyempurnaan secara terus menerus yang
tiada henti. Kaizen inilah yang telah mengubah wajah Jepang menjadi
sebuah bangsa yang memiliki suatu peradaban yang sangat maju saat ini, serta
memiliki teknologi yang bahkan bisa mengalahkan “Barat”. Penguasaan mereka
dalam bidang perdagangan dunia, telah menempatkan bangsa Jepang menjadi bangsa
yang sangat diperhitungkan dalam percaturan dunia. Kaizen tidak akan pernah
berjalan tanpa dilandasi oleh dorongan untuk berfikir dan belajar secara
terus-menerus atau secara disiplin menuju ke arah kesempurnaan. Inilah rahasia
keberhasilan mereka. Allah SWT, sesungguhnya mendorong manusia untuk melakukan
hal ini.
“Restorasi Meiji”
di Jepang adalah suatu langkah monumental untuk memperbaiki kondisi ekonomi,
teknologi dan budaya bangsa Jepang. Ini merupakan suatu loncatan besar bangsa
Jepang untuk suatu kemajuan di segala bidang. Pada masa sebelum restorasi ini
dilakukan, Jepang adalah sebuah kekaisaran yang sangat tertutup. Kemudian
ketika Restorasi Meiji dilakukan, mereka membubarkan sistem kasta, dimana saat
itu kaum Samurai-lah yang memegang kendali bangsa Jepang. Namun sifat-sifat
kaum Samurai yang baik tetap terpelihara dan bahkan dijadikan sikap teladan
yang disebarkan ke seluruh rakyat Jepang seperti: sikap pantang menyerah;
menjunjung tinggi kehormatan dan kepribadian; sopan-santun; ta’at kepada atasan
dan selalu hemat.
Saat itu, untuk mengejar
ketertinggalannya, kaum muda Jepang dikirim oleh pemerintahnya ke berbagai negara
di kawasan Eropa dan Amerika secara besar-besaran, dengan tujuan
untuk belajar. Semua buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang
sehingga memudahkan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi dunia barat. Hingga
saat inipun, hampir semua buku tentang ilmu pengetahuan barat telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang. Buku-buku di sana dijual dengan harga sangat murah.
Dorongan ini telah membuat bangsa Jepang memiliki kebiasaan gemar membaca. Hal
itu bisa dilihat dimana-mana di Jepang, baik di kereta api, di dalam bus kota , di stasiun-stasiun,
atau dimana saja, hampir semua membaca.
Secara umum, tak ada manusia
yang dilahirkan dalam keadaan mengetahui sesuatu/segala sesuatu. Oleh
karena itulah manusia diharuskan untuk mencari pengetahuan sampai akhir
kehidupan untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
|
Katakanlah: “Samakah orang yang
berilmu dan orang yang tiada berilmu...?” (Q.S. Az-Zumar:9). [1]
2. Kita Butuh Pengetahuan
Sejak TK, anak-anak telah
dilatih
untuk belajar membaca. Mengapa? Karena membaca itu penting bagi kehidupan
manusia. Dengan membaca, pengetahuan kita akan bertambah. Jika pengetahuan
itu dipraktekan, maka kita akan memiliki
keterampilan baru ─ jika tulisan yang dibaca itu membahas tentang suatu keterampilan.
Berkaitan
dengan ilmu dan keterampilan, saya punya pengalaman langsung yang saya rasakan manfaatnya.
Ketika di internet banyak orang yang membicarakan tentang telepon genggam yang
bisa dijadikan modem untuk browsing memakai komputer, sayapun mulai
mengumpulkan informasi. Saya mencari informasi sebanyak mungkin dari internet
dengan menggunakan hape saya dan juga dari warnet.
Setelah saya
rasa informasinya cukup, sayapun mulai mencoba mempraktekan
pengetahuan
yang telah saya peroleh. Awalnya tak langsung berhasil. Namun, karena saya
terus mencoba, akhirnya berhasil juga browsing internet dengan memakai komputer
dan hape di rumah sendiri. Alhamdulillah, Horeee, berhasiiiil!!!
Kesimpulannya,
minat baca itu timbul karena adanya keinginan di dalam diri saya. Selanjutnya,
keinginan ini mendorong saya untuk
mencari informasi dan membacanya sampai faham. Tak hanya membaca, saya
juga terdorong untuk menerapkan apa yang telah saya baca. Setelah praktek
sampai berhasil, pemahaman saya terasa lebih dalam dari sebelumnya. Ya, itulah
selembar pengalaman berharga yang bisa saya berikan kepada kawan-kawan.
Dalam
kenyataan hidup ini, dorongan kebutuhan atau keinginan bisa
mendorong kita
untuk mencari informasi/pengetahuan untuk mencapai apa yang kita inginkan tersebut. Dengan informasi yang lengkap dan
bisa dipercaya, kita bisa terhindar dari kerugian yang diakibatkan oleh
berita-berita bohong yang disebaran para penipu. Jadi, punya pengetahuan itu
tidaklah rugi. Namun, justru sebaliknya, dengan memiliki banyak pengetahuan,
kita bisa mendapatkan banyak manfaat dan kebaikan jika pengetahuan itu
digunakan. Nah, begitu teman-temanku yang baik.
Tahukah kita, apa itu HIV
AIDS?
Jika kita belum mengetahuinya, maka kita harus mengetahuinya. Mengapa? Agar
kita bisa terhindar dari keganasan Virus tersebut. Kita bisa mengetahui
sebab-sebab timbulnya penyakit AIDS ini dan cara pencegahannya. Apalagi jaman
sekarang ini, teknologi informasi telah berkembang sangat pesat. Kita tinggal
membuka hape kita, aktifkan browsernya lalu masuk ke mesin pencari ─misalnya
Google search─ dan masukkan kata kunci” Bahaya AIDS”. Tunggu beberapa detik
saja, maka kita akan mendapat pengetahuan penting tentang bahaya Aids ini dari
situs yang telah kita buka. Setelah kita membaca informasi tentang bahaya HIV
Aids, boleh jadi kita menjadi merasa lebih takut akan bahayanya. Nah, perasaan
takut kita yang makin meningkat itu timbul karena pengetahuan yang telah kita peroleh.
3. Buku Makin Bertumpuk, Tapi……….?
Apakah di rumah kalian banyak buku? Mungkin buku kalian bertumpuk. Apalagi yang suka membeli buku tiap bulan, makin
bertambahlah jumlah buku di dalam rak. Kita membeli buku karena kita punya
sebuah harapan. Makanya ketika mau membeli buku, kita berusaha untuk memilih buku dulu agar
tak salah pilih. Namun, setelah dibeli, buku tersebut jarang kita baca. Weleh-weleh,
terserang virus malas membaca deh. Walaupun kita pernah baca, kita sulit
untuk memahaminya. Pendeknya aktivitas membaca kita kurang efektif.
Demikian juga dengan yang
saya alami, tak jauh beda dengan teman-teman (kecuali jika teman-teman adalah
orang yang pandai mengelola kegiatan membaca, maka kalian saya kecualikan).
Buku-buku bertumpuk di atas meja saya. Demikian juga di dalam rak buku saya
walau buku saya masih bisa dihitung dengan jari. Kadang-kadang terlintas dalam
hati saya,” Apa manfaat buku-buku ini bagi kehidupan saya dan bagaimana cara
memanfaatkannya?” saya pernah berpikir bahwa percuma saja saya membeli buku
kalau tidak bermanfaat bagi hidup saya. Percuma juga saya membacanya kalau saya
tak mampu memahami dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Buang-buang
uang dan waktu saja!
Namun setelah saya
berpikir lagi, akhirnya saya memutuskan untuk mencari jalan agar saya bisa memanfaatkan
buku-buku itu dalam kehidupan saya. Sudah pasti, jika saya banyak
membaca dan bisa memahami apa yang saya baca, tentunya banyak manfaat yang bisa
saya raih. Saya pernah membaca sebuah tulisan yang tergantung di dinding rumah
teman saya, tulisan itu berbunyi bahwa orang yang malas membaca akan mengalami penyakit disfasia, yaitu gangguan
melemahnya selaput otak bagian kiri. Tak hanya itu, orang yang malas membaca
akan ketinggalan banyak pengetahuan dan banyak informasi yang sangat
diperlukan. Segunung kerugian akan didapat oleh orang yang malas membaca akibat
tak bertambahnya pengetahuan dalam dirinya. Jika kita telah mengetahui peranan penting
pengetahuan dan informasi,
maka tak ada lagi
alasan untuk tidak membaca. Oh, begitu ya. Sayapun jadi semangat ladi deh.
Akan tetapi, buku apa saja yang harus
kita baca? Yang jelas, buku yang harus kita baca adalah buku-buku
yang membuat diri kita menjadi lebih baik dan lebih cerdas. Adapun buku-buku
yang kurang bermanfaat, sebaiknya dilewat sajalah. Saya percaya, teman-teman pasti bisa memilih yang terbaik
untuk diri sendiri.
Agar aktifitas membaca
kita tepat sasaran, maka perlu pengelolaan yang baik dan benar. Di bawah ini
saya mencoba menawarkan suatu rumusan tentang manajemen membaca untuk teman-teman.
1.
Apa manfaat buku ini?
Sebelum teman-teman membaca suatu buku, maka carilah lebih dulu informasi
tentang manfaat dari buku yang akan dibaca.
Caranya? Jika memungkinkan, bertanyalah kepada penulis buku tersebut tentang
manfaat buku tersebut. Jika tak memungkinkan, teman-teman bisa bertanya kepada
orang yang telah membaca buku bersangkutan dan ia benar-benar mengerti akan isi
buku tersebut. Atau, bisa baca sendiri.
2.
tentukan
dengan jelas target membaca yang ingin dicapai.
Jika teman-teman telah melihat gambaran hasil akhir/manfaat dari buku yang akan
dibaca, maka langkah selanjutnya adalah menentukan target yang ingin dicapai─baik
target jangka panjang ataupun jangka pendek. Penetapan target ini sangat
penting agar aktivitas membaca kita terarah secara jelas dan tepat serta
menjaga kita tetap semangat dalam membaca. Target paling dekat adalah memahami isi
buku dan target akhirnya tergantung dari jenis buku yang dibaca. Misalnya, jika
buku yang kita baca mengupas tentang masalah berpikir positif, berarti target
akhirnya, diantaranya adalah menjadi orang yang sukses dan bahagia dengan cara
selalu berpikir positif.
3.
buat
program membaca dengan jelas. Ini hanya
pilihan saja. Kalau mau dilewati silahkan saja. Jika teman-teman mau, buatlah
jadwal kegiatan membaca dengan teratur.
Misalnya kalian siap membaca buku 1 jam/hari sebanyak satu bab saja. Tentu
saja, dengan target yang jelas, agar aktifitas membaca kita bisa memberikan
hasil. Tapi ingat, jangan jadi beban atau menjadi kaku dengan target. Fleksibel
saja oke.
4.
gunakan
metode membaca yang tepat. Agar
aktifitas membaca kita membuahkan hasil yang maksimal, maka gunakanlah cara
membaca yang terbukti lebih efektif dari metode membaca yang lainnya. Tanda
efektifnya suatu metode adalah kita mampu memahami apa yang kita baca dengan
jelas.
5.
baca secara bertahap.
kita tak perlu tergesa-gesa ketika sedang membaca. Bacalah sedikit demi sedikit.
Namun jika kita mampu memahami buku dengan cepat, maka lakukanlah. Tetapi, yang
paling penting adalah kita mampu memahami apa yang kita baca. Jika kita mampu
memahami apa yang kita baca, berarti kita telah berhasil mencapai target paling
dekat dari aktifitas membaca kita. Berikan selamat atas kesuksesan yang telah kita
raih, walaupun hal itu tampaknya seperti sepele saja.
6.
lakukan evaluasi dan perbaikan. Sejauh mana hasil yang telah kita capai dalam membaca?
Apakah kita telah benar-benar memahami apa yang kita baca? Apakah kita bisa
membayangkan cara menerapkan konsep yang telah kita baca? Silahkan lakukan
evaluasi, lalu lakukan perbaikan. Uraian yang lebih jelas tentang semua ini,
akan saya kupas di bagian selanjutnya.
bersambung ke bab 3
[1] Ary
Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual, Jakarta , Penerbit Arga,
2001), hal 122-123
Tidak ada komentar:
Posting Komentar